Cinta Pohon Kelapa
Cinta Pohon Kelapa
Kring.... bel menunjukan jika waktu istirahat telah usai.
Seperti biasa saat jam kosong, aku selalu gangguin Aisyah.
"Agus..." ucapku yang bermaksut mengganggu Aisyah.
"Aduh!! Ngapain sih Lim.." jawabnya.
"Agus agus agus..." aku terus mengganggunya.
Sampai bel pulang sekolah berbunyi....
Keesokan harinya, waktu guru absen satu persatu, Aisyah tidak ada di kelas.
"Kenapa Aisyah ga dateng" tanyaku dalam hati.
Sampai pulang sekolah dan sesampainya rumah, aku masih memikirkan kenapa Aisyah tidak masuk sekolah.
"Kenapa aku harus kepikiran Aisyah terus sih..." gumamku sendirian.
Dari situlah mulai timbul perasaanku pada Aisyah.
Malamnya aku memberanikan untuk menanyakan alasannya tidak datang sekolah lewat BBM.
"Kenapa tadi ga dateng sekolah Syah?" tanyaku.
"Tumben nanyain.." balasnya.
"Gpp, kenapa ga sekolah?" tanyaku lagi
"Hmm, tadi sakit" jawab Aisyah.
Keesokan harinya, dan hari-hari berikutnya aku tetap mengganggunya.
Dengan gangguan yang sama seperti biasanya.
Setiap aku mengganggunya semakin terpupuk peransaanku padanya.
Mungkin saking ia geram terhadap kelakuanku.
"Lim!! aku itu ga suka sama Agus!" pesannya lewat BBM.
"Agus agus agus..." aku tetap saja mengganggunya.
Sejak saat itu aku dan Aisyah mulai sering BBMan. Menanyakan PR, bercanda atau sekedar basa-basi.
Pada larut malam saat aku lagi nonton bola sekitar jam 9, ia tiba-tiba menanyakan hal yang sangat membuatku terkejut.
"Lim, Angga itu gimana sih anaknya?" tanya Aisyah.
"Emang kenapa?? kamu suka sama Angga?" tanyaku balik, sambil berusaha untuk tetap berfikir positif mengapa dia menanyakan hal itu.
"Jangan bilang siapa-siapa yak." balasnya.
"Kamu suka sama Angga?" aku berusaha memastikan lagi apa yang ku pikirkan ini salah. Dan ternyata...
"Iya, jangan bilang siapa-siapa" balasnya.
Membaca balasan singkatnya tersebut, perasaan ku yang bak pohon kelapa yang sudah berbuah cinta kepadanya seperti ditebang oleh pedang yang sangat tajam dengan sekali tebasan.
"Lim, gimana Angga?" tanya nya lagi.
"Oh Angga, baik kok dia" sekitar 10 menit baruku balas, karena aku masih shok tentang pernyataannya tersebut.
Keesokan harinya disekolah, aku tidak mengganggunya lagi.
Melainkan hanya melihatnya dari kejauhan.
Melihat dia yang melihat orang lain.
Seperti pohon yang telah tumbang dan lapuk.
Dari hari kehari aku tetep BBMan sama Aisyah.
Tapi bukan perasaan senang seperti biasa setiap aku BBMan sama dia.
Karena hal yang kita bahas, tidak lain dan tidak bukan adalah Angga.
Aku berusaha tampil biasa saja, walaupun didalam hatiku terdapat pohon yang mulai membusuk.
Bagaimana aku bersaing dengan Angga, seorang anak yang ganteng, putih dengan rambut klimis yang tertata rapi.
"Lim jangan bilangin Angga ya..." BBM masuk dari Aisyah.
"Bilang apa?" basa basiku.
"Kalo kamu suka sama Angga?" tambahku.
"Iya, jangan bilang ya" balasnya.
Sampai suatu pagi, di kelas temen-temen menyoraki Angga.
"Cie ciee... PJ dong PJ..." sorak temen-temen.
"Pajak Jadian?? Apa Aisyah sudah jadian dengan Angga" tanyaku dalam hati.
"Eh.. Angga jadian sama siapa??" tanyaku ke salah satu orang yang ikut menyorakinya.
"Itu si Risa anak karyawan TU..." jawabnya.
Saat itu aku melihat Aisyah tidak seperti biasanya. Ia terlihat sedikit murung, mungkin karena kejadian tadi. Angga yang sudah jadian dengan orang lain, sebelum tau perasaannya (Aisyah).
"Yah, Angga udah jadian ya sama Risa.." BBM dari Aisyah masuk.
"Aduh kasiannya yang bertepuk sebelah tangan" balasku.
"Emang aku ga pantes sama Angga, dia lebih cocok sama Risa. Sama-sama ganteng sama cantik" balasnya kembali.
"Engga kok kamu juga cantik" balasku.
Dari situlah pohon kelapa yang tumbang dan buahnya yang telah terkubur dalam tanah mulai tumbuh tunas baru atas perasaanku pada Aisyah.
Hari-hari berjalan seperti biasa, bel berbunyi jam 7 tepat.
Berbeda dengan sebelumnya, yang biasanya aku sering gangguin Aisyah sekarang tidak lagi.
Aku lebih banyak melihat wajahnya dari kejauhan, dan jika dia membalas melihat ku, aku langsung memalingkan wajahku. Yah bisa bayangin sendiri deh :).
Tak terasa satu semester terlewati, aku dan Aisyah harus berpisah hampir satu bulan lebih. karena liburan semester kali ini barengan dengan libur bulan Ramadhan, Hari Raya dan Tahun Baru. Jadi kita hanya chat lewat BBM.
Baru satu minggu setelah liburan mulai, seperti sudah lama aku tak melihat wajah Aisyah.
(BBM)
"Aisyah lagi ngapain?" aku sekedar basa-basi.
"Gll.." balasnya
"Eh, rumah kamu dimana si Syah??" tanyaku.
"Emang mau kerumah..?" tanya nya balik.
"Ya kalo boleh si..." balasku.
Ia lalu memberiku alamat rumahnya.
Pada hari rabu, setelah sholat ashar, aku berfikir untuk pergi kerumahnya. Dengan mengendarai motor 70' tua dan bekal alamat yang ia beri, aku memberanikan diri untuk datang kerumahnya.
Wajarlah kalo aku gugup. Karena baru pertama kali ini aku mengunjungi rumah seorang cewek. Sebelumnya sih pernah, tapi itu juga temenku satu kampung, itupun kalo ada kepentingan pinjam buku atau kerja kelompok.
Rumah Aisyah sederhana dan tidak terlalu besar, dengan di dominasi cat warna putih bersih. Ia punya sebuah kedai kebab kecil di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum..." ucapku langsung, karena pintu rumahnya yang terbuka.
"Eh Salim.. Wa'alaikumsalam, masuk Lim" jawab Aisyah yang tadi sempat bermain laptop.
Kemudian datang seorang perempuan yang belum terlalu tua. Yah kira-kira umur 40an dengan wajahnya kearab-araban.
"Siapa Syah??" tanya orang itu, yang tidak lain adalah mama Aisyah.
"Ini Ma... kenalin Salim temenku satu kelas" jawab Aisyah.
"Tante..." sambil mencium tangan mama Aisyah, bersamaan dengan itu ada pembeli di kedai kebabnya.
"Bentar ya nak Salim, Tanten mau buatin kebab dulu" mama Aisyah menjawab, lalu pergi ke kebab yang ada di depan rumah.
Lalu tak lama kemudian mama Aisyah kembali, dengan membawa dua buah kebab yang masih panas.
"Makasih te... Jadi ngrepotin" ucapku.
"Enggapapa... Dimakan ya..." jawabnya lalu kembali ke kedai.
Mama Aisyah orang yang baik, ramah dan murah senyum.
Ia sedikit mengenalkan mamanya pada ku.
"Mamaku asli turki" jelas Aisyah.
"Kata mama sih dia sama keluarganya pindah ke bandung saat di Turki ada konflik gitu.." tambahnya.
"Oh... terus papa kamu mana??" jawabku, sambil tolah-toleh"
"Papa lagi kerja" jelasnya.
Aku membalasnya dengan sekedar anggukan kecil.
Waktu sudah menunjukan jam 5 lebih. Aku berpamitan untuk segera pulang.
"Pantesan cantik mama orang turki.." gumamku dalam hati, sambil senyum-senyum sepanjang jalang arah pulang kerumah.
Pulang dari rumah Aisyah mulailah terpupuk tunas yang tadinya baru tumbuh dihatiku semakin besar.
Hari demi hari telah terlewati, puasa satu bulan pun berlalu. Aku berfikir untuk silaturahmi ke rumah Aisyah. Tapi aku tak langsung kerumahnya, aku memastikannya dulu lewat BBM.
"Assalamu'alaikum, minal aidzin walfaidzin ya Syah, maapin kalo Salim pernah gangguin kamu dulu" chatku lewat BBM.
"Apa boleh aku silaturahmi ke rumah mu??" tambahku.
"Wa'alaikumsalam, sama-sama Lim aku juga minta maaf kalo aku pernah salah" jawabnya.
"Boleh, tapi dirumah ga ada orang, aku sama kluargaku lagi mudik" tambahnya.
"Ha.. mudik? ke Turki?" tanyaku, karena kaget dengan balasannya tersebut.
"Yee.. ya engga lah, aku mudik ke Lumajang kerumah kluarga papaku.." tegasnya.
"Oh kirain ke Turki.." dengan menyertakan emot ketawa.
"Kapan balik Syah??" tanyaku.
"Sekolah kurang 3 hari aku baru balik, aku mau coba main ke gunung semeru. Sekalian tahun baruan disini" jelasnya.
"Oh yaudah deh salam buat ortumu ya, minal aidzin wal faidzin" aku titip salam pada kedua orang tuanya.
"Ok" balasnya singkat.
Setiap hari aku selalu memikirkannya, pagi, siang, sore, malam dan setiap jam, menit, detik pikiranku selalu sesak terisi oleh bayangan dirinya.
Pohon kelapa dalam hatiku mulai tumbuh dan membuka daunnya satu persatu.
Tak terasa masa liburan pun telah usai. dan hari sekolah pertama pun telah datang.
Aku sangat bersemangat dihari pertama masuk sekolah, karena aku akan melihat wajah cantik yang terbingkai mengenakan hijab berwarna putih setelan seragam, tidak lain adalah Aisyah. sekitar 15 menit aku memperhatikan pintu kelasku untuk memastikannya ia datang dihari pertama masuk sekolah.
Ada yang baru darinya yaitu tas yang ia kenakan terlihat baru. Karena bangkuku berjauhan dengannya. Aku mengurungkan pertanyaanku untuk tas barunya.
Kriing... bel berbunyi dan menandakan 4 jam berlalu tanda waktu istirahat tiba, Aisyah berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya. Sementara aku juga saling bercakap-cakap dengan teman-temanku cowok, dan sesekali melihat senyum Aisyah dari kejauhan.
Kring... tak terasa 15 menit istirahat pertama telah usai, padahal aku belum sempat menanyakan soal tas barunya.
Seperti biasa setiap habis libur panjang, ibu/bapak guru selalu menyuruh beberapa siswa untuk menceritakan apa-apa saja yang mereka lakukan untuk mengisi waktu liburan panjangnya.
"Aisyah Shiza Zahrana..." ibu guru memanggil nama lengkap Aisyah. Lalu ia maju kedepan kelas.
Aisyah menceritakan tentang liburannya saat mudik kerumah kluarga papanya. Ia menceritakan saat berwisata ke puncak semeru dan makan-makan kecil disertai dengan kembang api saat acara tahun baru.
Hari berlalu seperti biasa, BBMan tiap malam. Hanya sekedar basa-basi, lagi ngapain, udah makan, ada pr nggak. Kami juga sering pulang bareng meski rumahku jauh dengan rumahnya, DEMI AISYAH AKU RELA KEHABISAN BENSINKU. Yah begitu kira-kira ucap dihatiku setiap aku mengantarnya pulang.
Meski aku dan Aisyah udah deket sejak awal kelas 12 belum pernah terucap ataupun tertulis satu katapun tentang pacaran. Yah mungkin perlu waktu yang tepat untuk meyampaikan hal itu.
Sudah lama aku terakhir kali makan kebabnya Aisyah, lalu aku berfikir untuk membeli kebab darinya.
"Syah pesen kebabnya 2 ya..." chatku lewat BBM.
"Mau ngambil kerumah.." tanya nya.
"Kalo kamu mau nganterin ya gapapa.." balasku balik.
"Ya engga, lah kamu kan tau aku ga bisa pake motor" balasnya.
Setelah beberapa menit, aku sampai rumah Aisyah. Barengan dengan itu aku melihat mama Aisyah mencium tangan seorang polisi, yang rasanya tidak asing bagiku.
"Itu siapa Syah?? Papa kamu?" tanyaku.
"Iya itu papaku" jawabnya.
"Berarti yang mengisi amanat upacara kemaren..?" ucapku belum selesai langsung di sahut olehnya.
"Iya.." sahut Aisyah.
Ternyata dia adalah papa Aisyah yang bekerja sebagai satuan polisi di kota Bandung.
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini tanggal 12 Februari, hari pertama ada tambahan jam pelajaran. Selesai pelajaran tambahan aku langsung pulang, dan jam menunjukan sudah jam 5 kurang 10 menit. Maklum ujian nasional tinggal beberapa minggu lagi.
Malamnya aku BBM Aisyah.
"Aisyah lagi ngapain?" chatku.
Ia baru membalasnya setelah hampir 2 jam.
"Bernafas.." balasnya singkat.
Belum pernah dia balas chat selama itu dengan jawaban seperti itu.
Aku positif thinking, mungkin dia capek abis tambahan tadi.
Hari demi hari Aisyah semakin menghilang. Entah mengapa ia seperti menjauh dariku.
Ia selalu menolak jika aku ajak pulang bareng, BBM juga jarang dibales cuma di "R" yang sering.
Aku mulai bingun dan sedikit galau dengan sifat Aisyah sekarang.
"Mengapa Aisyah jadi sepeti ini..?" gumamku dalam hati.
Pohon kelapa yang baru tumbuh kini pun mulai meng-gugurkan daunnya..
Sifatnya bertahan sampai menjelang UN dimulai, satu hari sebelum UN, aku mencoba untuk BBM Aisyah lagi.
"Aisyah.." chatku.
Tanda yang muncul bukannya D ataupun R melaikan tanda merah dengan X putih yang memandakan bahwa BBM tersebut sudah offline atau tidak digunakan lagi.
Mulai dari situ aku pun galau berat, mengapa Aisyah menjauh dariku ditambah dengan UN yang besok harus ku laksanakan.
Aku mencoba untuk melupakan sejenak tentang Aisyah dan fokus pada UN ku besok, tapi bayangan tentang Aisyah selalu datang ketika aku mencoba untuk melupakannya. Keadaan yang sama ku alami sampai UN selesai dan sampai hari kelulusan tiba.
Alhamdulliahnya aku dapat nilai yang memuaskan.
"Tapi kalo aku disemangatin Aisyah pasti lebih bagus..." ucapku dalam hati.
Tapi hal itu hanya sekedar bayangan yang hanya lewat tanpa permisi melintas di kepalaku.
Akhirnya aku diterima di Universitas impianku yaitu ITB. Rasa senang ini sejenak melupakan ku pada perempuan yang dulu hilang yaitu Aisyah. Hampir satu bulan aku tak pernah menghubunginya dan mengabarinya sejak hari kelulusan bahwa aku telah di terima di ITB.
Aku iseng mencoba untuk mengungkapkan isi hatiku ke Aisyah lewat kontak BBM Aisyah yang sudah lama off.
"Assalamualaikum Aisyah... Gimana kabarnya semoga baik. Kamu kemana aja sih?
Aku cuman mau bilang kalo aku suka sama kamu dari sejak pertama kelas 12. Deket sama kamu aku seneng banget, seiring kita sering BBMan, pulang bareng rasa sukaku berubah menjadi sayang dan takut kehilangan. Tapi rasa takut kehilangan itu berubah menjadi kenyataan. Kamu menjauh saat aku lagi sayang-sayangnya ke kamu, saat-saat mendekati UN dimana waktunya aku butuh semangat dari orang yang aku sayang yaitu kamu. Oh ya, alhamdulillah Syah aku udah diterima di ITB, kampus yang aku pernah bilang ke kamu kampus yang dulu aku idam-idamkan. Intinya aku cuman mau bilang ke kamu kalo aku sayang sama kamu Syah dimanapun berada :)"
Akupun terkejut karena tanda di BBM muncul warna hijau dengan tulisan "R" yang tandanya pesan sudah terbaca.
Hari minggu pagi aku akan pergi ke Taman Vanda yang dulu pernah terlintas di benakku kalau aku akan menyampaikan isi hatiku di tempat ini. Satu minggupun berlalu setelah pesanku diBBM belum mendapat balasan sama sekali.
Dipagi hari seorang tukang post datang ke kosan ku.
"Apakah betul dengan saudara Salim??" tanya tukang post itu.
"Iya saya sendiri" jawabku.
Lalu ia memberiku sebuah surat.
"Dari siapa bang..??" tanyaku.
"Disini tertulis dari saudara Aisyah untuk saudara Salim" jawab tukang post itu.
Mendengar kalo surat itu dari Aisyah, aku sangat senang.
"Oh terimakasih ya bang.."balasku.
Aku langsung menyimpannya di saku jaketku, aku tak langsung membukanya. Aku berniat untuk membacanya sesampainya di Taman Vanda.
Sesampainya disana, aku duduk dan membuka surat tersebut, dan tertulis kalimat panjang.
"Untuk Salim: Assalamualaikum Lim, aku sudah tau apa yang kamu kirim lewat BBM dari mamaku. Aku bai-baik saja, oh iya slamat ya udah di terima di ITB. Aku mau minta maaf karena udah ngilang gitu aja dan bikin cemas kamu. Aku sekarang tinggal di Turki bersama saudara mamaku dan sekarang aku meneruskan kuliah di Istanbul University di Kota Istanbul. Karena ini aku menjauh darimu, aku engga mau kamu kecewa. Engga tau sampai kapan aku disini, mungkin menetap dan selamanya aku hidup disini. Sekali lagi maaf ya karena aku ga bilang-bilang sama kamu. Tentang perasaan... aku juga suka kok sama kamu, tapi aku ga mau mikirin pacaran, aku mau fokus untuk kuliah. Makasih banyak ya karena selama ini kamu udah bikin aku seneng. Semoga kita tetep jadi temen baik. Satu lagi semangat ya kuliahnya jangan males-males kalo udah masuk di ITB."
(Tertanda: Aisyah Sizha Zahrana).
Pohon kelapa yang telah tumbuh besar dalam hatiku kini telah layu dan rontok semua daun-daunnya.
Apakah aku bisa bertemu dengan Aisyah lagi?.
Hari-hari berjalan seperti biasa, bel berbunyi jam 7 tepat.
Berbeda dengan sebelumnya, yang biasanya aku sering gangguin Aisyah sekarang tidak lagi.
Aku lebih banyak melihat wajahnya dari kejauhan, dan jika dia membalas melihat ku, aku langsung memalingkan wajahku. Yah bisa bayangin sendiri deh :).
Tak terasa satu semester terlewati, aku dan Aisyah harus berpisah hampir satu bulan lebih. karena liburan semester kali ini barengan dengan libur bulan Ramadhan, Hari Raya dan Tahun Baru. Jadi kita hanya chat lewat BBM.
Baru satu minggu setelah liburan mulai, seperti sudah lama aku tak melihat wajah Aisyah.
(BBM)
"Aisyah lagi ngapain?" aku sekedar basa-basi.
"Gll.." balasnya
"Eh, rumah kamu dimana si Syah??" tanyaku.
"Emang mau kerumah..?" tanya nya balik.
"Ya kalo boleh si..." balasku.
Ia lalu memberiku alamat rumahnya.
Pada hari rabu, setelah sholat ashar, aku berfikir untuk pergi kerumahnya. Dengan mengendarai motor 70' tua dan bekal alamat yang ia beri, aku memberanikan diri untuk datang kerumahnya.
Wajarlah kalo aku gugup. Karena baru pertama kali ini aku mengunjungi rumah seorang cewek. Sebelumnya sih pernah, tapi itu juga temenku satu kampung, itupun kalo ada kepentingan pinjam buku atau kerja kelompok.
Rumah Aisyah sederhana dan tidak terlalu besar, dengan di dominasi cat warna putih bersih. Ia punya sebuah kedai kebab kecil di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum..." ucapku langsung, karena pintu rumahnya yang terbuka.
"Eh Salim.. Wa'alaikumsalam, masuk Lim" jawab Aisyah yang tadi sempat bermain laptop.
Kemudian datang seorang perempuan yang belum terlalu tua. Yah kira-kira umur 40an dengan wajahnya kearab-araban.
"Siapa Syah??" tanya orang itu, yang tidak lain adalah mama Aisyah.
"Ini Ma... kenalin Salim temenku satu kelas" jawab Aisyah.
"Tante..." sambil mencium tangan mama Aisyah, bersamaan dengan itu ada pembeli di kedai kebabnya.
"Bentar ya nak Salim, Tanten mau buatin kebab dulu" mama Aisyah menjawab, lalu pergi ke kebab yang ada di depan rumah.
Lalu tak lama kemudian mama Aisyah kembali, dengan membawa dua buah kebab yang masih panas.
"Makasih te... Jadi ngrepotin" ucapku.
"Enggapapa... Dimakan ya..." jawabnya lalu kembali ke kedai.
Mama Aisyah orang yang baik, ramah dan murah senyum.
Ia sedikit mengenalkan mamanya pada ku.
"Mamaku asli turki" jelas Aisyah.
"Kata mama sih dia sama keluarganya pindah ke bandung saat di Turki ada konflik gitu.." tambahnya.
"Oh... terus papa kamu mana??" jawabku, sambil tolah-toleh"
"Papa lagi kerja" jelasnya.
Aku membalasnya dengan sekedar anggukan kecil.
Waktu sudah menunjukan jam 5 lebih. Aku berpamitan untuk segera pulang.
"Pantesan cantik mama orang turki.." gumamku dalam hati, sambil senyum-senyum sepanjang jalang arah pulang kerumah.
Pulang dari rumah Aisyah mulailah terpupuk tunas yang tadinya baru tumbuh dihatiku semakin besar.
Hari demi hari telah terlewati, puasa satu bulan pun berlalu. Aku berfikir untuk silaturahmi ke rumah Aisyah. Tapi aku tak langsung kerumahnya, aku memastikannya dulu lewat BBM.
"Assalamu'alaikum, minal aidzin walfaidzin ya Syah, maapin kalo Salim pernah gangguin kamu dulu" chatku lewat BBM.
"Apa boleh aku silaturahmi ke rumah mu??" tambahku.
"Wa'alaikumsalam, sama-sama Lim aku juga minta maaf kalo aku pernah salah" jawabnya.
"Boleh, tapi dirumah ga ada orang, aku sama kluargaku lagi mudik" tambahnya.
"Ha.. mudik? ke Turki?" tanyaku, karena kaget dengan balasannya tersebut.
"Yee.. ya engga lah, aku mudik ke Lumajang kerumah kluarga papaku.." tegasnya.
"Oh kirain ke Turki.." dengan menyertakan emot ketawa.
"Kapan balik Syah??" tanyaku.
"Sekolah kurang 3 hari aku baru balik, aku mau coba main ke gunung semeru. Sekalian tahun baruan disini" jelasnya.
"Oh yaudah deh salam buat ortumu ya, minal aidzin wal faidzin" aku titip salam pada kedua orang tuanya.
"Ok" balasnya singkat.
Setiap hari aku selalu memikirkannya, pagi, siang, sore, malam dan setiap jam, menit, detik pikiranku selalu sesak terisi oleh bayangan dirinya.
Pohon kelapa dalam hatiku mulai tumbuh dan membuka daunnya satu persatu.
Tak terasa masa liburan pun telah usai. dan hari sekolah pertama pun telah datang.
Aku sangat bersemangat dihari pertama masuk sekolah, karena aku akan melihat wajah cantik yang terbingkai mengenakan hijab berwarna putih setelan seragam, tidak lain adalah Aisyah. sekitar 15 menit aku memperhatikan pintu kelasku untuk memastikannya ia datang dihari pertama masuk sekolah.
Ada yang baru darinya yaitu tas yang ia kenakan terlihat baru. Karena bangkuku berjauhan dengannya. Aku mengurungkan pertanyaanku untuk tas barunya.
Kriing... bel berbunyi dan menandakan 4 jam berlalu tanda waktu istirahat tiba, Aisyah berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya. Sementara aku juga saling bercakap-cakap dengan teman-temanku cowok, dan sesekali melihat senyum Aisyah dari kejauhan.
Kring... tak terasa 15 menit istirahat pertama telah usai, padahal aku belum sempat menanyakan soal tas barunya.
Seperti biasa setiap habis libur panjang, ibu/bapak guru selalu menyuruh beberapa siswa untuk menceritakan apa-apa saja yang mereka lakukan untuk mengisi waktu liburan panjangnya.
"Aisyah Shiza Zahrana..." ibu guru memanggil nama lengkap Aisyah. Lalu ia maju kedepan kelas.
Aisyah menceritakan tentang liburannya saat mudik kerumah kluarga papanya. Ia menceritakan saat berwisata ke puncak semeru dan makan-makan kecil disertai dengan kembang api saat acara tahun baru.
Hari berlalu seperti biasa, BBMan tiap malam. Hanya sekedar basa-basi, lagi ngapain, udah makan, ada pr nggak. Kami juga sering pulang bareng meski rumahku jauh dengan rumahnya, DEMI AISYAH AKU RELA KEHABISAN BENSINKU. Yah begitu kira-kira ucap dihatiku setiap aku mengantarnya pulang.
Meski aku dan Aisyah udah deket sejak awal kelas 12 belum pernah terucap ataupun tertulis satu katapun tentang pacaran. Yah mungkin perlu waktu yang tepat untuk meyampaikan hal itu.
Sudah lama aku terakhir kali makan kebabnya Aisyah, lalu aku berfikir untuk membeli kebab darinya.
"Syah pesen kebabnya 2 ya..." chatku lewat BBM.
"Mau ngambil kerumah.." tanya nya.
"Kalo kamu mau nganterin ya gapapa.." balasku balik.
"Ya engga, lah kamu kan tau aku ga bisa pake motor" balasnya.
Setelah beberapa menit, aku sampai rumah Aisyah. Barengan dengan itu aku melihat mama Aisyah mencium tangan seorang polisi, yang rasanya tidak asing bagiku.
"Itu siapa Syah?? Papa kamu?" tanyaku.
"Iya itu papaku" jawabnya.
"Berarti yang mengisi amanat upacara kemaren..?" ucapku belum selesai langsung di sahut olehnya.
"Iya.." sahut Aisyah.
Ternyata dia adalah papa Aisyah yang bekerja sebagai satuan polisi di kota Bandung.
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini tanggal 12 Februari, hari pertama ada tambahan jam pelajaran. Selesai pelajaran tambahan aku langsung pulang, dan jam menunjukan sudah jam 5 kurang 10 menit. Maklum ujian nasional tinggal beberapa minggu lagi.
Malamnya aku BBM Aisyah.
"Aisyah lagi ngapain?" chatku.
Ia baru membalasnya setelah hampir 2 jam.
"Bernafas.." balasnya singkat.
Belum pernah dia balas chat selama itu dengan jawaban seperti itu.
Aku positif thinking, mungkin dia capek abis tambahan tadi.
Hari demi hari Aisyah semakin menghilang. Entah mengapa ia seperti menjauh dariku.
Ia selalu menolak jika aku ajak pulang bareng, BBM juga jarang dibales cuma di "R" yang sering.
Aku mulai bingun dan sedikit galau dengan sifat Aisyah sekarang.
"Mengapa Aisyah jadi sepeti ini..?" gumamku dalam hati.
Pohon kelapa yang baru tumbuh kini pun mulai meng-gugurkan daunnya..
Sifatnya bertahan sampai menjelang UN dimulai, satu hari sebelum UN, aku mencoba untuk BBM Aisyah lagi.
"Aisyah.." chatku.
Tanda yang muncul bukannya D ataupun R melaikan tanda merah dengan X putih yang memandakan bahwa BBM tersebut sudah offline atau tidak digunakan lagi.
Mulai dari situ aku pun galau berat, mengapa Aisyah menjauh dariku ditambah dengan UN yang besok harus ku laksanakan.
Aku mencoba untuk melupakan sejenak tentang Aisyah dan fokus pada UN ku besok, tapi bayangan tentang Aisyah selalu datang ketika aku mencoba untuk melupakannya. Keadaan yang sama ku alami sampai UN selesai dan sampai hari kelulusan tiba.
Alhamdulliahnya aku dapat nilai yang memuaskan.
"Tapi kalo aku disemangatin Aisyah pasti lebih bagus..." ucapku dalam hati.
Tapi hal itu hanya sekedar bayangan yang hanya lewat tanpa permisi melintas di kepalaku.
Akhirnya aku diterima di Universitas impianku yaitu ITB. Rasa senang ini sejenak melupakan ku pada perempuan yang dulu hilang yaitu Aisyah. Hampir satu bulan aku tak pernah menghubunginya dan mengabarinya sejak hari kelulusan bahwa aku telah di terima di ITB.
Aku iseng mencoba untuk mengungkapkan isi hatiku ke Aisyah lewat kontak BBM Aisyah yang sudah lama off.
"Assalamualaikum Aisyah... Gimana kabarnya semoga baik. Kamu kemana aja sih?
Aku cuman mau bilang kalo aku suka sama kamu dari sejak pertama kelas 12. Deket sama kamu aku seneng banget, seiring kita sering BBMan, pulang bareng rasa sukaku berubah menjadi sayang dan takut kehilangan. Tapi rasa takut kehilangan itu berubah menjadi kenyataan. Kamu menjauh saat aku lagi sayang-sayangnya ke kamu, saat-saat mendekati UN dimana waktunya aku butuh semangat dari orang yang aku sayang yaitu kamu. Oh ya, alhamdulillah Syah aku udah diterima di ITB, kampus yang aku pernah bilang ke kamu kampus yang dulu aku idam-idamkan. Intinya aku cuman mau bilang ke kamu kalo aku sayang sama kamu Syah dimanapun berada :)"
Akupun terkejut karena tanda di BBM muncul warna hijau dengan tulisan "R" yang tandanya pesan sudah terbaca.
Hari minggu pagi aku akan pergi ke Taman Vanda yang dulu pernah terlintas di benakku kalau aku akan menyampaikan isi hatiku di tempat ini. Satu minggupun berlalu setelah pesanku diBBM belum mendapat balasan sama sekali.
Dipagi hari seorang tukang post datang ke kosan ku.
"Apakah betul dengan saudara Salim??" tanya tukang post itu.
"Iya saya sendiri" jawabku.
Lalu ia memberiku sebuah surat.
"Dari siapa bang..??" tanyaku.
"Disini tertulis dari saudara Aisyah untuk saudara Salim" jawab tukang post itu.
Mendengar kalo surat itu dari Aisyah, aku sangat senang.
"Oh terimakasih ya bang.."balasku.
Aku langsung menyimpannya di saku jaketku, aku tak langsung membukanya. Aku berniat untuk membacanya sesampainya di Taman Vanda.
Sesampainya disana, aku duduk dan membuka surat tersebut, dan tertulis kalimat panjang.
"Untuk Salim: Assalamualaikum Lim, aku sudah tau apa yang kamu kirim lewat BBM dari mamaku. Aku bai-baik saja, oh iya slamat ya udah di terima di ITB. Aku mau minta maaf karena udah ngilang gitu aja dan bikin cemas kamu. Aku sekarang tinggal di Turki bersama saudara mamaku dan sekarang aku meneruskan kuliah di Istanbul University di Kota Istanbul. Karena ini aku menjauh darimu, aku engga mau kamu kecewa. Engga tau sampai kapan aku disini, mungkin menetap dan selamanya aku hidup disini. Sekali lagi maaf ya karena aku ga bilang-bilang sama kamu. Tentang perasaan... aku juga suka kok sama kamu, tapi aku ga mau mikirin pacaran, aku mau fokus untuk kuliah. Makasih banyak ya karena selama ini kamu udah bikin aku seneng. Semoga kita tetep jadi temen baik. Satu lagi semangat ya kuliahnya jangan males-males kalo udah masuk di ITB."
(Tertanda: Aisyah Sizha Zahrana).
Pohon kelapa yang telah tumbuh besar dalam hatiku kini telah layu dan rontok semua daun-daunnya.
Apakah aku bisa bertemu dengan Aisyah lagi?.

Good story:)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNtapz
BalasHapusHmmm :'(
BalasHapusBeautiful, keep the good work
BalasHapusKanjut pak
BalasHapusKanjut pak
BalasHapusKok feel nya kerasa ya :)
BalasHapus